PRINSIP KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
A. Kebutuhan Cairan Tubuh
Kebutuhan cairan merupakan kebutuhan
fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi zat nutrisi, elektrolit dan
sisa metabolisme, sebagai komponen pembentukan sel, plasma, darah, dan komponen
tubuh lainnya, sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler (Hidayat, 2015).
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari
kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan. Sementara itu, sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh (Maryunani, 2015)
Presentase cairan tubuh bervariasi
bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin. Jika lemak
tubuh sedikit, maka cairan dalam tubuh pun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai
jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibandingkan dengan pria karena pada wanita
dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibandingkan pada pria (Hidayat,
2015).
Tabel 1.1 Kebutuhan Air Berdasarkan Umur dan Berat Badan
Umur
|
Kebutuhan Air
|
|
Jumlah Air dalam 24
jam
ml/kg Berat Badan
|
||
3 hari
|
250-300
|
80-100
|
1 tahun
|
1.150-1.300
|
120-135
|
2 tahun
|
1.350-1.500
|
115-125
|
4 tahun
|
1.600-1.800
|
100-110
|
10 tahun
|
2.000-2.500
|
70-85
|
14 tahun
|
2.200-2.700
|
50-60
|
18 tahun
|
2.200-2.700
|
40-60
|
Dewasa
|
2.400-2.600
|
20-30
|
(Sumber : Behrman dkk,1996)
B. Faktor-faktor yang
Berpengaruh dalam Pengaturan cairan
Proses pengaturan cairan di pengaruhi oleh
dua faktor yakni :
1. Tekanan cairan
Pada proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
2. Membran semipermiabel,
merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010 )
pengaturan keseimbangan cairan antara lain :
1. Rasa dahaga
Mekanisme rasa dahaga :
a) Penurunan fungsi ginjal
merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin
II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
b) Osmoreseptor di
hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan
saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.
2. Anti Diuretik hormon
(ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan
dalam neurohipofisis dari hipofisis. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah
peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan
reabsorbsi air pada dukus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal
yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Pelepasan
aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium, serum dan
sistem angiotensin renin dan sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.
4. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang
terdapat dalam banyak jaringan dan berfungsi dalam merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,dan mobilitas gastrointetstinal.
Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur sirkulasi ginjal, respon natrium,
dan efek ginjal pada ADH.
5. Glukokortirkoid
Meningkatkan responsi natrium dan air,
sehingga volume darah naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar
glukokortikoid menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pemenuhan cairan adalah sebagai berikut:
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan, dan berat badan.
b. Temperatur
Lingkungan Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraseluler.
d. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses
ini dapat meningkatkan produksi ADH (Anti-diuretik hormon) dan menurunkan
produksi urine.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
C. Jenis Cairan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) jenis cairan terdiri dari:
1. Cairan zat gizi atau
nutrien
Cairan zat gizi (nutrien) Pasien yang
istirahat di tempat tidur memerlukan kalori 450 kalori setiap hari. Cairan
nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam bentuk karbohidrat, nitrogen
dan vitamin untuk metabolisme. Kalori yang terdapat dalam cairan nutrien dapat
berkisar antara 200- 1500 kalori perliter. Cairan nutrien terdiri atas
: karbohidrat dan air (dekstrosa), asam amino (amigen, aminosol,
travamin), lemak (lipomul, lyposim).
2. Blood Volume
Expanders ( )
Jenis cairan yang berfungsi meningkatkan
volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma. Misalkan pada pasien dengan
perdarahan hebat. Jenisnya antara lain human serum albumin dan dextran dengan
konsentrasi yang berbeda.
D. Gangguan dalam Pemenuhan
Cairan Tubuh
Menurut Maryunani (2015) masalah keseimbangan cairan terdiri dari dua
bagian yaitu:
1. Hipovolemik (Dehidrasi)
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan
volume cairan ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan
melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah peningkatan
rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung,
dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon ADH dan aldosteron.
Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia,
mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan
tekanan darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering
dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata
cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan
jumlah air mata. Pada pasien syok tampak pucat, denyut jantung cepat dan halus,
hipotensi, dan oliguria (produksi urine sedikit).
2. Hipervolemik
(Overhidrasi)
Hipervolemik adalah penambahan/kelebihan
volume CES, dapat terjadi pada saat stimulasi kronis ginjal untuk menahan
natrium dan air, fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan
air, kelebihan pemberian cairan, dan perpindahan cairan dari interstisial ke
plasma.
Gejala : yang mungkin terjadi adalah sesak
napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema,
adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher (tekanan vena jugularis), dan
irama gallop (irama jantung).
E. Cara Menghitung Tetesan
Infus.
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010)
terdapat cara perhitungan untuk menentukan tetesan cairan infus :
1. Dewasa
Rumus :
|
Keterangan : Faktor tetesan infus terdiri dari dua :
Makro (Dewasa) = 20 tetes/menit dan mikro (Anak) = 60 tetes/menit.
Contoh :
Seorang pasien dewasa datang ke IGD,
memerlukan 1500 ml dalam 8 jam. Hitunglah jumlah tetesan infus per menit !
Jawab :
Diketahui :
Faktor tetes (makro) = 20 tetes
Kebutuhan Cairan = 1500 ml
Lama infus = 8 jam
Rumus :
Tetes per menit = Kebutuhan cairan x faktor tetesan
Lamanya infus (jam) x 60 detik
= 1500 ml x 20 tetes
8 jam x 60 menit
=
30000/480 = 62,5
= 63 tetes/menit
2. Anak
Rumus :
|
Contoh :
Pasien anak datang di rumah sakit,
memerlukan cairan sebanyak 1000 ml dalam 8 jam. Hitunglah jumlah tetesan per
menit.
Jawab :
Diketahui:
Kebutuhan cairan : 1000 ml
Lama infus : 8 jam
Faktor tetes (mikro) : 60 tetes
Rumus :
Tetes per menit = Jumlah cairan x Faktor tetes
Lama pemberian x 60 detik
= 1000
ml x 60 tetes
8
jam x 60 detik
= 60000
480
= 125
tetes/ menit
ASAM DAN BASA
A. Pengertian Asam Basa
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat
kimia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan
sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam,
bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang
berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk
menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang
pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan
dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang bersifat
basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur
pH-nya. pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki
pH lebih dari 7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat
ditentukan dengan indikator pH atau dengan pH meter. Dengan penjelasan tersebut
di atas penyusun ingin menjelaskan tentang keseimbangan asam basa setra
berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam
basa. Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada
pasien dengan gangguan keseimbangan asam dan basa.( Mubarok,Chayatin,2008)
B. Keseimbangan Asam Basa
Derajat keasaman (pH) darah manusia
normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan
keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat
berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia
diatur oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam
pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan asam
(Mubarok,Chayatin,2008). Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih
dahulu adalah :
1. Istilah asidosis mengacu
pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida)
adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2 juga merupakan
komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat)
berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen metabolik.
Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi
peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti
terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah komponen asam
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi
tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh,
metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas
(suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake
cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan
membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan
cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel,
glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap
kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Misalnya : Trauma seperti
luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL, Penyakit ginjal dan
kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh, Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
1) Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
2) Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
C. Komposisi Asam Basa
Rentang nilai normal dan interpretasi dari tiap komponen:
1. pH
Rentang nilai normal
: 7,35 – 7,45
Asidosis
: <7,35
Alkalosis
: >7,45
2. PaO2
Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg
Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg
Hipoksemia sedang : 60 – 70 mmHg
Hipoksemia berat : <60 mmHg
3. SaO2
Rentang nilai normal : 93% – 98%
Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan bahwa darah diambil dari
arteri, kecuali pada gagal napas.
4. PaCO2
Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg
Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH turun)
Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik)
5. HCO3
Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L
Asidosis metabolik : <22 mEq/L (pH turun)
Alkalosis metabolik : >26 mEq/L (pH naik)
6. BE
Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L
Nilai –
(negative)
: asidosis
Nilai +
(positif)
: alkalosis
BE dilihat saat pH normal.
(Mubarok,Chayatin,2008)
D. Pengaturan Asam Basa
Tubuh menggunakan tiga mekanisme untuk mengendalikan
keseimbangan asam-basa darah (Uliyah, Musrifatul dkk. 2009)
yaitu sebagai berikut:
1. Penyangga pH (sistem
bufer)
Bufer menetralisasi kelebihan ion hidrogen, bersifat temporer, dan tidak
melakukan eliminasi. Fungsi utama sistem bufer adalah mencegah perubahan pH
yang disebabkan oleh pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan
ekstraseluler. Sebagai bufer, sistem ini memiliki keterbatasan yaitu sebagai
berikut.
a. Tidak dapat mencegah
perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karena peningkatan CO2.
b. Sistem ini hanya
berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem pernapasan bekerja
normal.
c. Kemampuan
menyelenggarakan sistem bufer bergantung pada tersedianya ion bikarbonat. Ada
empat sistem bufer yaitu:
1) Bufer bikarbonat merupakan
sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh
nonbikarbonat.
2) Bufer protein merupakan
sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel.
3) Bufer hemoglobin
merupakan sistem dapar didalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat, dan
4) Bufer fosfat merupakan
sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem kimia ini hanya dapat mengatasi ketidakseimbangan asam-basa
sementara. Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui
ginjal dan paru-paru sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari
perubahan pH dengan sistem bufer. Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit
karbon dioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka
akan dihasilkan lebih banyak karbon dioksida dan lebih sedikit bikarbonat
(Uliyah, Musrifatul dkk. 2009).
2. Sistem ginjal
Untuk mempertahankan
keseimbangan asam basa, ginjal harus mengeluarkan anion asam nonvolatile dan
mengganti HCO3 ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan
sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat. Pada mekanisme
pengaturan oleh ginjal ini berperan tiga sistem bufer asam karbonat.pada
mekanisme pengaturan oleh ginjal ini berperan tiga sistem tiga sistem bufer
asam karbonat, bufer fosfat dan pembentukan amonia. Ion hidrogen, CO2 dan
NH3 diekskresi ke dalam lumen tubulus dengan bantuan energi
yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium di basolateral tubulus. Pada
proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk
dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi
bikarbonat dan pengeluaran asam. Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah
bergabung (Uliyah, Musrifatul dkk. 2009).
Dengan ion bermuatan negatif pada
kosentrasi yang sangat rendah. Pada kadar yang sangat rendah pum, ion hidrogen
mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi
enzim, dan eksitabitas membran. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal
tubuh misalnya sebagai pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi
oksidatif yang mengasilkan ATP. Produksi ion hidrogen sangat banyak karena
dihasilkan terus menerus di dalam tubuh. Prolehan dan pengeluaran ion hidrogen
sangat bervariasi bergantung pada diet, aktivitas, dan status kesehatan. Ion
hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan prooses metabolisme
tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.
Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagai besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengubah jumlah asam atau basa yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari (Uliyah, Musrifatul dkk. 2009)..
3. Sistem paru
Paru-paru membantu
mengatur leseimbangan asam-basa denga mengeluarkan karbon dioksida. Karbon
dioksida secara kuat menstimulasi pusat pernafasan. Ketika karbon dioksida dan
asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi sehingga
menjadi meningkat. Karbon dioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi turun.
Apabila bikarbonat berlebih maka jumlah pernapasan akan diturunkan. Pengaturan
pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan
asam-basa. Di paru-paru karbon dioksida bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat, dan kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen
dan bikarbonat (Uliyah, Musrifatul dkk. 2009).
Peran sistem
respirasi dalam keseimbangan asam basa adalah mempertahankan agar POC2 selalu
konstan walaupun terdapat perubahan kadar CO2 akibat proses
metabolisme tubuh. Keseimbangan asam basa respirasi berkantung pada
keseimbangan produksi dan ekskresi CO2 bergantung pada fungsi
paru. Kelainan ventilasi perfusi sehingga akan terjadi ketidakseimbangan, ini
akhirnya menyebabkan hipoksia maupun retensi CO2 sengga terjadi
gangguan keseimbangan asam basa (Uliyah, Musrifatul dkk. 2009).
Karbon dioksida
adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang
dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbon dioksida ke paru-paru. Di paru-paru
karbon dioksida tersebut dikeluarkan (diembuskan). Pusat pernapasan di otak
mengatur jumlah karbon dioksida yang diembuskan dengan mengendalikan kecepatan
dan kedalaman pernapasan. Jika pernapasan meningkat, kadar karbon dioksida
darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernapasan menurun, kadar
karbon dioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur
kecepatan Ph darah menit demi menit. Nilai pH dapat dilihat dari darah arterial
dengan rentang normal 7,33-7,45. Adanya kelainan pada suatu atau lebih mekanisme
pengendalian pH tersebut, dapat menyebabkan salah satu dari dua kelainan utama
dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Jika kadar pH
kurang dari 7,35 disebut asidosis sedangkan jika lebih dari 7,45 disebut
alkalosis (Uliyah, Musrifatul dkk. 2009).
E. Jenis Cairan Asam Basa
Cairan basa (alkali) digunakan untuk
mengoreksi osidosis. Keadaan osidosis dapat di sebabkan karena henti jantung
dan koma diabetikum. Contoh cairan alkali antara lain natrium (sodium laktat)
dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan garam dari asam lemah yang dapat
mengambil ion H+ dari cairan, sehingga mengurangi keasaman (asidosis). Ion H+
diperoleh dari asam karbonat (H2CO3), yang mana terurai menjadi HCO3
(bikarbonat) dan H+. selain system pernapasan, ginjal juga berperan untuk
mempertahankan keseimbangan asam basa yang sangat kompleks. Ginjal
mengeluarkan ion hydrogen dan membentuk ion bikarbonat sehingga pH darah
normal. Jika pH plasma turun dan menjadi lebih asam, ion hidrogen dikeluarkan
dan bikarbonat dibentuk kembali (Maryunani, Anik. (2015).
F. Gangguam Dalam Pemenuhan
Asam Basa
1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman
darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai
akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan
dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam
(Maryunani, Anik. (2015).
b. Penyebab
Asidosis respiratorik terjadi jika
paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat
terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
1. Emfisema
2. Bronkitis kronis
3. Pneumonia berat
4. Edema pulmoner
5. Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan (Maryunani, Anik.
(2015).
c. Gejala
Gejala
pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa
mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor
dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika
pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak
terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan
bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari
(Maryunani, Anik. (2015).
d. Diagnosa
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri
(Maryunani, Anik. (2015).
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan
untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki
pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti asma dan
emfisema.Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat,
mungkin perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator
mekanik (Maryunani, Anik. (2015).
2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah
yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih
dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam
darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak
asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis
berat dan berakhir dengan keadaan koma (Mubarok,Chayatin,2008)
b. Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok
utama adalah:
1. .Jumlah asam dalam tubuh
dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah
menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun.
2. Contohnya adalah metanol
(alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun dapat
menyebabkan asidosis metabolik.
3. Tubuh dapat menghasilkan
asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
4. menghasilkan asam yang
berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya
adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh
akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang
berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk
dari metabolisme gula.
5. Asidosis metabolik bisa
terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
6. Jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis
tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita
kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam
(Mubarok,Chayatin,2008)
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak
menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan mual, muntah dan
kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya
asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk,
semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan
darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian (Mubarok,Chayatin,2008)
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan
berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari darah arteri (arteri
radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena
darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.Untuk mengetahui penyebabnya,
dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin
diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya
kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan
suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan
bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis.
Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran
pH air kemih (Mubarok, Chayatin,2008)
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung
kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau
keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah.
Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi
asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap
penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara
intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat
membahayakan (Mubarok, Chayatin,2008)
3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu
keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam,
sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah (Mubarok,
Chayatin,2008)
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut
hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering
ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
1. rasa nyeri
2. sirosis hati
3. kadar oksigen darah yang
rendah
4. demam
5. overdosis aspirin.
(Mubarok, Chayatin,2008)
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran (Mubarok,
Chayatin,2008)
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran
kadar karbondioksida dalam darah arteri pH darah juga sering meningkat
(Mubarok, Chayatin,2008)
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang
dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah
rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung
kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida
setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya
(Mubarok, Chayatin,2008).
Pilihan lainnya adalah mengajarkan
penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal
dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam
satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik (Mubarok, Chayatin,2008).
4. Alkalosis Metabolik
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan
dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat (Mubarok,
Chayatin,2008).
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh
kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam
lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung
disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah
sakit, terutama setelah pembedahan perut), (Mubarok, Chayatin,2008).
Pada kasus yang jarang, alkalosis
metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari
bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik dapat
terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak
mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.Penyebab utama akalosis metabolik:
a. Penggunaan diuretik
(tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena
muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang
terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot
berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis
yang berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang
berkepanjangan (tetani) (Mubarok, Chayatin,2008).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan
basa (Mubarok, Chayatin,2008).
e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi
dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang
berat, diberikan amonium klorida secara intravena (Mubarok, Chayatin,2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar