Jumat, 28 April 2017

Laporan Praktikum Farmakologi Sediaan Kapsul

Laporan Praktikum Farmakologi Sediaan Kapsul 


A. Dasar Teori
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin ; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Gelatin larut dalam air panas dan dalam cairan lambung yang hangat, kapsul gelatin melepaskan isinya dengan cepat. Gelatin sebagai protein dicerna dan diabsorbsi (Anief, 2000).
            Gelatin bersifat stabil  diudara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab dan bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu, kapsul gelatin yang lunak mengandung lebih banyak uap air daripada kasul keras, pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Biasanya kapsul keras gelatin mengandung uap air antara 9-12%. Bilamana disimpan dalam lingkungan dengan kelembapan yang tinggi, penambahan uap air akan diabsorbsi oleh kapsul dan kapsul keras ini akan rusak dari bentuk kekerasannya. Sebaliknya dalam lingkungan udara yang sangat kering, sebagian uap air yang terdapat dalam kaspsul gelatin mungkin akan hilang, dan kapsul ini menjadi rapuh bahkan akan remuk bila dipegang (Howard, 1985).
Kapsul keras biasanya terbuat dari gelatin yang terdiri dari cangkang kapsul bagian badan dan bagian tutup kapsul. Kedua bagian tutup kapsul ini akan saling menutupi bila dipertemukan dan bagian tutupnya akan menyelubungi bagian badan kapsul. Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila dalam keadaan lembab atau bila disimpan dalam larutan berair . Sebagai contoh yang lain, cangkang kapsul gelatin menjadi rapuh jika disimpan pada kondisi kelembaban relatif yang rendah. Selanjutnya, Kapsul gelatin tidak dapat menghindari efek samping obat yang mengiritasi lambung, seperti Indometasin. Hal ini dikarenakan kapsul gelatin segera pecah setelah sampai di lambung (Anonim, 1979)
B. Resep

.Resep
R/ tetracyclin 500 gr
m.f.caps. dtd. No X
  1. Khasiat obat
Bruselosis, batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi saluran kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba, frambosia, gonore dan tahap tertentu pada sifilis.
Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan cara kerja antibiotik ini mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan hati.
  2. Perhitungan Dosis
Dewasa: 4 kali sehari 250 mg – 500 mg.
Lama pemakaian:
Kecuali apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pengobatan dengan Tetracycline kapsul hendaknya paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan untuk mencegah terjadinya resistansi bakteri terhadap tetrasiklin.
  3. Cara Kerja
Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai spektrum luas dan bersifat bakteriostatik, cara kerjanya dengan menghambat pembentukan protein pada bakteri.
a. Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion kalsium, magnesium, besi dan aluminium. Maka sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan tonikum-tonikum yang mengandung besi atau dengan antasida berupa senyawa aluminium, amgnesium. Susu mengandung banyak kalsium, sehingga sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan susu.
b. Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin atau sefalosporin.
c. Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin secara oral.
d. Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin, sehingga proses pembekuan akan tertunda.
4.   Tujuan penggunaan bentuk sediaan kapsul:
 
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan

5.      Efek Samping: 
- Pada pemberian lama atau berulang-ulang, kadang-kadang terjadi superinfeksi bakteri atau jamur seperti:enterokolitis dan kandidiasis.
 
- Gangguan gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare.
 
- Reaksi hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis.
 
- Jarang terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.
 
6.      Peringatan dan Perhatian: 
- Hendaknya diminum dengan segelas penuh air +/- 240 ml untuk meminimkan iritasi saluran pencernaan.
 
- Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan terakhir sampai anak berusia 8 tahun, karena menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kuning dan terganggupertumbuhan tulang.
 
- Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,dapat menimbulkan efek komulasi.
 
- Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati, wanita menyusui.
 
- Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam waktu 1 - 3 jam setelah penggunaan Tetrasiklin.
 

7.      PENGARUH KEHAMILAN
Faktor risiko : Tetrasiklin mampu menembus plasenta dan menembus kedalam sirkulasi sistemik janin; dapat menyebabkan pewarnaan yang permanen pada gigi bayi jika digunakan pada fase pertengahan kehamilan.



8.          Etiket
         3x1 diminum sampae habis
        C. Pembahasan
Pada praktikum ini dibuat obat sediaan kapsul. Pada dasarnya sediaan kapsul sudah tepat diberikan untuk pasien dewasa, karena pada umumya orang dewasa tidak mengalami kesulitan dalam mengonsumsi obat. Selain itu, pembuatan obat dalam bentuk kapsul juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : bisa menutupi obat atau zat – zat yang rasa dan baunya kurang enak; tidak diperlukan zat tambahan (corigens), seperti corigens coloris (warna), corigen odoris (bau), corigens saporis (rasa); tidak memerlukan zat tambahan atau zat pengisi; cepat melepaskan zat berkhasiatnya dalam jumlah yang seragam dan segera bekerja pada lambung; berdasarkan warna dapat dibedakan isi kapsul; dan lain – lain.
Namun, obat dalam sediaan kapsul juga memiliki beberapa kerugian, diantaranya : tidak sesuai untuk bahan obat yang mudah larut (KCl, KBr, NH4Br, CaCl2) karena dapat mengiritasi lambung; tidak cocok untuk zat – zat yang mudah menguap karena pori – pori kapsul tidak bisa menahannya; pada kelembaban tinggi kapsul akan berubah bentuk, pada kelembaban rendah sifatnya rapuh sehingga pewadahan harus dalam pot gelas disimpan di tempat sejuk dan kering.
Cara Pembuatan
1. Timbang tetrasiklin yang dibutuhkan, sebanyak 500x10=5000 mg
2. Gerus tetrasiklin dalam mortis, bagi sama banyak sesuai resep,seperti pada pulveres
3. Masukkan serbuk tetrasiklin yang sudah dibagi masing-masing kedalam cangkang kapsul yang sesuai dengan ukuran dan ditutup
4. Bersihkan kapsul dengan lap kering dan bersih
5. Masukkan kedalam plastik dan diberi etiket
D. Kesimpulan

     Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
      Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkag kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Obat ini berkhasiat untuk mengobati faringitis, laryngitis, bronkio pneumonia, sinusitis, infeksi saluran pencernaan, saluran kencing, kulit, dan jaringan lunak.
E. Dasar Pustaka

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1978, Formularium Nasional, Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Ansel, H.C. & Prince, S.J., Kalkulasi Farmasetik (Panduan Untuk Apoteker), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 
Chaerunnisaa, A.Y., 2009, Farmasetika Dasar, Widya Padjadjaran, Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar